Minggu, 12 Februari 2012

Pengetahuan Baru pada Mulanya Ditemukan Ahli Agama

Pada mulanya orang yang tinggi naluri bertanya-tanya, mempertanyakan semua hal yang dihadapinya dalam keadaan sehari-hari. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa pada zaman dahulu yang terdorong menemukan pengetahuan baru ialah para ahli agama. Dalam agama islam dapat disebut misalnya Ibnu Khaldun yang selain ahli dalam ilmu agama adalah ahli filsafat dan bapak peketak dasar penelitian ilmiah modern. Demikian pula Ibnu Sinna adalah juga ahli kedokteran dan probatan yang terpandang pada zamannya, sedangkan Umar Khayyam juga mahir dalam astronomi dan matematika. Hal yang sama kemudian berulang pada penemu dan penguji kebenaran pada ilmu-ilmu lainnya melahirkan metode ilmu yang banyak menggunakan induksi, yaitu metode statistika.

Penggunaan matematika untuk menerangkan gejala-gejala dalam fisika menimbulkan cabang matematika yang disebut matematika terapan. Akan tetapi , sekarang matematika tidak hanya digunakan dalam fisika, melainkan juga dalam semua ilmu empirik lainnya. Oleh karena itu, muncullah bidang-bidang ilmu gabungan seperti biomatematikaa dan matematika ekonomi. Saling hubungan anatara fisika dan kimia pun melahirkan ilmu baru yaitu, kimia fisika. Selain itu kita kenal pula misalnya biofisika, biokimia, sosiobiologi, astrofisika, geokimia serta geofisika.

Berbagai bidang ilmu baru bermunculan akibat permasalahan yang harus didekati dari dua atau lebih bidang ilmu dasar merupakan pertanda pembagian ilmu menjadi berbagai bidang itu hanya dilakukan manusia untuk menyederhanakan permasalahan. Ternyata semua pengetahuan di maya pada itu tidak berdiri sendiri secara lepas, melainkan saling kait mengait. Suatu permasalahan yang mula-mula diterangkan menggunakan sosiologi ternyata dapat diterangkan dari segi psikologi. Peristiwa psikologi itu sendiri ternyata dapat diterangkan menggunakan biologi yang sebenarnya adalah ungkapan kerja kimia. Kita juga tahu bahwa seterusnya peristiwa kimia itu dapat dijelaskan oleh fisika.

Hal ini pula yang mengakibatkan bahwa metode ilmiah untuk menemukan pejelasan tentang suatu masalah, apakah masalah itu termasuk biologi, fisika, atau sosiologi, polanya sama saja. Selain sains itu bersifat semesta, metode menemukannyapun memiliki pola yang sama.

Kamis, 02 Februari 2012

Kemampuan Mengamati Mendahului Setiap Penemuan

Semua temuan yang diperoleh orang sesungguhnya adalah hasil keingintahuan penemunya. Bahwa ubi jalar yang dibakar rasanya lebih enak dari pada yang mentah, barang kali ditemukan secara kebetulan oleh masyarakat yang masih hidup secara sederhana di alam bebas sewaktu ada kebakaran melanda ladang ubi jalarnya. Setelah api padam, ia mungkin mencium bau yang sedap muncul dari tumpukan abu yang menutupi tanah. Sewaktu dikorek-koreknya, ditemukanlah ubi jalar yang sudah hangus kulit luarnya tetapi mengeluarkan bau yang sedap. Ketika dicicipi isinya, ternyata rasanya enak. Itulah barang kali ubi bakar pertama yang dirasakan oleh anggota masyarakat sederhana itu. Kemudian, di lapisan tanah yang lebih dalam ada lembab ditemukannya juga ubi yang sudah lunak tetapi masih panas, yang kulitnya dapat dikelupas dengan mudah. Itulah barangkali protipe ubi rebus atau ubi kukus.

Kemudian terpikirlah di dalam benak anggota suku primitif itu untuk menirukan kebakaran dalam skala yang kecil dan terkendali. Maksudnya tentu agar dia dapat menikmati makanan yang enak tanpa perlu menunggu datangnya kebakaran hutan yang muncul secara tidak sengaja. Dibuatnyalah sebuah lubang yang dilapisi dengan batu dan daun-daun lebar. Di atasnya diletakkannya setumpuk ubi jalar yang kemudian ditutupi lagi dengan daun dan batu. Dia atas lapisan batu itu kemudian dinyalakannya unggun api. Ditemukannyalah pengetahuan tentang memasak menggunakan api.

Cara anak kecil dan manusia primitif menemukan pengetahuan memiliki persamaan yang erat. Semuanya dilakukan karena kemampuan mengamati disusul rasa ingin mengetahui setelah mendapatkan suatu pengalaman yang mengesankan. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi modal dasar bagi manusia yang terdorong ingin mengetahui lebih banyak dari pada apa yang diketahui olehnya. Beda perilakunya dengan anak-anak dan manusia primitif ialah bahwa upaya ingin mengetahui lebih banyak itu dilakukannya dengan sengaja. Walaupun begitu ada saja penemuan penting yang ditemukan secara tidak sengaja. Misalnya saja penemuan antibiotik Penisilin. Pada tahun 1928 Sir Alexander Flemming mengamati beberapa bercak pencemaran oleh kapang pada kultur Staphylococcus yang dibudidayakannya di cawan petri.

Di sekitar kapang itu ia mengamati koloni Staphylococcus menghilang. Kemudian ia memperkirakan bahwa hal itu terjadi karena kapang itu telah membuat suatu zat anti bakteri. Ia kemudian mengisolasi kapamg itu dan membudidayakan sebagai biakan murni dalam kaldu. Ternyata setelah beberapa hari kaldu itu memiliki sifat anti bakteri. Ia kemudian menemukan bahwa beberapa bakteri penyebab penyakit dihancurkan oleh cairan kaldu itu, tetapi tidak mengganggu butir darah putih. Kapang yang diisolasinya itu ternyata suatu galur fungus Penicillium, maka zat yang dihasilkan kapang itu disebutnya penisilin.

Flemming tidak berhasil mengisolasi penisilin dalam jumlah yang cukup besar untuk dibuat obat, karena sifat zat itu yang sangat tidak stabil, yaitu mudah terurai.10 tahun kemudian, dengan pecahnya perang dunia kedua, orang mulai tertarik lagi melanjutkan penelitian mengenai hasil penemuan Flemming yang tidak sengaja itu, yang ditemukan berkat kejelian matanya mengamati dan kesigapan otaknya menganalisis permasalahan. Akhirnya seorang ahli patologi kelahiran Australia, Howard Florey dan seorang ahli biokimia Jerman, Ernst Chain yang bekerja bersama-sama di universitas Oxford, berhasil menemukan molekul organik zat kimia penisilin menjadi stabil dan terbukalah kemungkinan menggunakan penisilin sebagai obat antibiotik melawan infeksi bakteri dalam tubuh manusia, termasuk yang disebabkan luka-luka peluru dan pecahan bom menjelang akhir perang dunia kedua.

Untuk penemuan penisilin dan pengaruh khasiat obatnya, Flemming, Chain, dan Florey menerima anugrah bidang Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1945. Kunci penemuan itu adalah kemampuan mengamati Sir Alexander Flemming, karena ia sendiri beberapa waktu sebelum meninggal mengatakan "Di mana mana orang ingin berterima kasih kepada saya karena saya telah menyelamatkan nyawa mereka. Saya sungguh sungguh tidak tahu mengapa mereka melakukan hal itu. Alam yang menciptakan Penisilin. Saya hanya menemukannya."